Oleh Muhammad Abdul Gaos Saefulloh Maslul Sesepuh Pesantren Sirnarasa Cisirri)
Di masa sebelum Alloh Swt menciptakan makhluk berjenis manusia, salah satu jenis makhlukNya dari bangsa jin yang bernama Azazil sempat mencapai keutamaan di sisi Alloh yang teramat luar biasa. Bayangkan! Seratus delapanpuluhlima ribu tahun, ia pergunakan untuk berbakti ke hadlirat Alloh. Dirinya benar-benar mencapai tingkat tawadhu’ cukup tinggi kepada Alloh Swt. la tanpa sedikitpun menyombongkan diri, tunduk khusyu’ pasrah atas tata aturan-Nya. Segala potensi, ia kerahkan untuk mujahadah bertaqorrub kepada Alloh. Prestasi ibadahnya luar biasa. Seluruh bangsa jin ia tinggalkan jauh di belakang. Bahkan karena kualitas mujahadahnya, ia dipercaya Alloh selama 40 ribu tahun menjadi juru kunci surga, 80 ribu tahun beribadah bersama-sama dengan malaikat, 20 ribu tahun menjadi dosen para malaikat, 30 ribu tahun menjadi rajanya malaikat karubiyyin, 14 ribu tahun berthowaf mengelilingi arasy, 1000 tahun menjadi pimpinan segala ruh.
Kualitas Azazil dalam ketawadhu’an belumlah mencapai puncak. Alloh Swt masih henda menguji kehebatan pengabdiannya. Saat itu, Alloh memerintahkan bangsa malaikat dan jin untuk bersujud kepada Adam, makhluk yang baru diciptakan Alloh. Semuanya bersujud kecuali Azazil yang merasa emoh untuk melakukannya. Ia tidak bisa menerima kenyataan tersebut. Azazil merasa sebagai senior yang harus dihormati, bukan sebaliknya.
Sikap ogah-ogahan ini tentu ada sumbernya, yang tak lain adalah tumbuh berkembangnya sifat som- bong dalam hatinya. Azazil merasa lebih dari Adam, la merasa punya kelebihan pada sisi lain yaitu asal kejadiannya. Itulah pengakuaannya ketika di tanya oleh Alloh, kenapa dia menolak sujud kepada Adam.
خلقني من نار وخلقته من طين
Artinya: “Aku di ciptakan dari api sedangkan Adam di ciptakan darı tanah. (QS. Al-A’raaf: 12)
Itulah dosa dan maksiat pertama yang di lakukan oleh mahluk kepada kholiknya. Itu pulalah yang menjadi sumber dan benih penyakit lain yang menular atau ditularkan kepada manusia. Penyakit itu menjalar begitu cepat, sehingga pada generasi manusia yang kedua saja dosa sudah terulang dengan sempurna. Dan sejak saat itu pula Azazil terusir dari kebersamaannya dengan Alloh dan bergantilah nama menjadi Iblis yang setiap saat bergentayangan mencari mangsa untuk menjerumuskan manusia ke lembah kehinaan.
Sombong Sumber Pembawa – Bencana
Kekayaan, kekuasaan, kedudukan atau jabatan biasanya dapat menjadi sumber timbulnya kesombongan pada diri manusia. Selain itu anugerah Alloh berupa kepandaian dapat menjadi penyebab terjangkitnya seseorang dengan kesombongan.
Siapakah gerangan orang yang sombong itu?, yaitu mereka yang menolak kebenaran, merendahkan orang lain, merasa lebih tinggi daripada orang lain, mengingkari hak-hak orang lain dan bertindak sewenang-wenang dengan menganiaya orang lain. Menolak kebenaran tergambar dalam
pengingkarannya terhadap kebenaran dan penentangannya dengan keras kepala dan merasa tinggi kedudukannya. Sedangkan merendahkannya terhadap orang lain ialah menganggap remeh yang lainnya, enggan berbicara apabila dianggap tidak sederajat. Tipe orang seperti inilah yang tidak akan mencium bau surga, sedangkan Alloh Yang Maha Lemah Lembut menciptakan surga untuk orang-orang yang tidak menginginkan kesombongan dan kerusakan di muka bumi.
Rosululloh SAW bersabda:
لا يدخلُ الْجَنَّةَ مَنْ في قلبه مثقال ذرة مِنْكبر
Artinya: “Tidak akan masuk sorga orang yang didalam hatinya ada sebobot biji sawi kesombongan. “(Mizanul Kubro Juz Awal: 164)
Mengapa hukuman sombong terialu amat sangat berat dari yang lainnya? Karena merebut sifat Alloh Yang Maha Besar. Malah merasa lebih besar dari Alloh. Sifat sombong hanya lah Alloh sendiri yang berhak menyandangnya karena Dia lah Yang Maha Besar dan Maha Tinggi, Yang Maha Kuasa atas hamba-hamba-Nya, dan Dia tidak ridho hamba-hamba- Nya bersekutu dengan-Nya dalam sifat ini. Sombong diharamkan oleh Alloh atas manusia karena sifat itu merupakan akhlak yang sangat tercela.
Orang yang mempunyai sifat sombong pun tidak akan sampai ke Hadirot Ilahi. Padahal Hadirot ini merupakan sorga yang paling diidamkan oleh siapapun.
Syekh Abdul Wahab As-Sya’roni berkata:
اذا الحَضْرَةِ الإِلَهِيَّةُ مُحَرَّمُ دُخُولُهَا عَلَى مَنْ فِيهِ ادنى ذرة من كبر فإنها الجنة الكبرى حقيقة
Artinya: “Sedangkan Hadirot Ilahi itu diharamkan masuk kedalamnya orang yang didalam dirinya ada tidak sebesar biji sawi kesombongan. Karena Hadirot Ilahı adalah sorga kubro yang sebenarnya.” (Mizanul Kubro Juz Awal: 164)
Begitu beratnya ancaman bagi. orang-orang yang sombong hingga kita harus berhati-hati agar tidak terjebak ke arah sifat tersebut yang setiap saat bisa mempengaruhi hati kita.
Bentuk Bentuk Kesombongan Iblis terlempar dari hadlrot Alloh karena kesombongannya. Begitu pula pengikut-pengikut setia lainnya seperti Fir’aun, kaum Bani Isra’il yang telah memperolok para nabi dan rosul dan berbagai contoh lainnya telah memberikan i’itibar kepada kita bahwa bahaya sombong ini merupakn bahaya laten yang perlu sangat di waspadai.
Baginda ‘Ali bin Abi Tholib Krw berkata:
الا يَرَى أَنَّ الإِنسَانَ لَا يَكْفُرُ بِالْمَعْصيةإِنَّمَا يَكْفُرُ بِتَرْك الْحُرْمَةِ ، قَالَهُ عَلَى كرم اللهوجهه
Artinya: “Tidak tahukah bahwa ma’shiat itu tidak menjadikan seseorang menjadi kufur. Sesungguhnya yang menjadikan manusia kufur karena sombong, dendam, tidak mau hormat.”
Bentuk-bentuk sombong antara lain:
Sombong kepada Alloh
Kesombongan ini bisa disebabkan karena terpedaya oleh keberadaan dirinya sehingga ia merasa bahwa campur tangan Alloh tidak diperlukan untuk mengatur dirinya karena merasa sudah bisa melakukan banyak hal dengan kemampuannya itu. Tipe orang semacam ini direpresentasikan kepada Raja Namrud yang memban- tah pernyataan Nabi Ibrahim a.s.
“Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim tentang Tuhannya (Alloh) karena Alloh telah memberikan kepada orang itu pете- rintahan (kekuasaan). Ketika Ibrahim mengatakan: “Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan,” orang itu berkata: “Saya dapat meng- hidupkan dan mematikan”. Ibrahim berkata: “Sesungguhnya Alloh mener- bitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah dia dari barat,” lalu heran terdiamlah orang kafir itu; dan Alloh tidak memberi petunjuk kepada orang- orang yang zalim.” (al Baqoroh: 258) Juga hal nya sikap Fir’aun menanggapi ajakan Nabi Musa as. “Fir’aun ber tanya: “Siapa Tuhan semesta alam itu? Musa menjawab: “Tuhan Penci- pta langit dan bumi dan apa-apa yang di antara keduanya. (Itulah Tuhan- mu), jika kamu sekalian (orang- orang) mempercayai-Nya”. Berkata Fir’aun kepada orang-orang sekelilingnya: “Apakah kamu tidak mendengarkan? Musa berkata (pula): “Tuhan kamu dan Tuhan nenek-nenek moyang kamu yang dahulu. Fir’aun berkata: “Sesungguhnya Rasulmu yang diutus kepada kamu sekalian benar- benar orang gila”. Musa berkata: “Tuhan yang menguasai timur dan barat dan apa yang ada di antara keduanya: (Itulah Tuhanmu) jika kamu mempergunakan akal”. Fir’aun berkata: “Sungguh jika kamu menyembah Tuhan selain aku, benar- benar aku akan menjadikan kamu salah seorang yang dipenjarakan.” (Asy-Syu’aroo: 23-29)
Perlu dicamkan baik-baik, dari semua bentuk kesombongan terbesar manusia terhadap Alloh adalah MANUSIA YANG TIDAK MAU BERDZIKIR KEPADA ALLOH. Tidak mau berdzikir kepada Alloh sama saja dengan memproklamirkan diri bahwa diri kita merupakan tipe manusia yang sudah mapan yang tidak perlu lagi bimbingan, petunjuk serta pertolongan Alloh. Kalau sudah berpola hidup seperti itu,
naudzubillah, tinggal siap-siap saja memperoleh kehancuran.
Firman Alloh Swt:
ضَرَبَتْ عَلَيْهِمُ الدَّلَّةُ أَينَ مَا تُقِفُوا إِنَّا بِحَبْلٍ مِنَ اللَّهِ وَحَبْلٍ مِنَ النَّاسِ وَبَاءُوا بِغَضَبٍ مِنَ اللَّهِ وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الْمَسْكَلَة
Artinya: “Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia, dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Alloh dan mereka diliputi kehinaan dan kerendahan.” (QS. Ali Imron: 112)
Cara agar kita tidak sombong terhadap Alloh Swt adalah dengan melanggengkan dzikir. Dan sebaik- baik dzikir adalah yang telah ditanamkan oleh ruh yang dipercaya Alloh untuk menanamkannya yaitu syekh mursyid. Itulah salah satu esensi ayat di atas.
Sombong terhadap para Rosul as.
Orang-orang jahiliyyah dulu senantiasa menganggap bahwa al Qur’an tidak layak diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. Mereka beranggapan bahwa Rosul Saw adalah orang kecil. tidak layak mendapat kehormatan itu dan yang paling pantas adalah para pembesar diantara mereka:” Dan mereka berkata: “Mengapa Al Qur’an ini tidak diturunkan kepada seorang besar dari salah satu dua negeri (Mekah dan Thaif) ini?” (Az-Zukhruf: 31) Selain Nabi Muhammad Saw, masih banyak nabi-nabi sebelumnya yang diejek oleh kaum-kaum pada masanya. Ejekan mereka berkisar tentang derajat kekayaan serta kekuasaan yang mereka peroleh lebih besar dari nabi-nabi yang diutus oleh Alloh.
Sifat seperti kaum jahiliyyah diatas, bukan tidak mungkin hinggap pada diri kita saat ini. Terkadang kita merasa iri dengki apabila orang yang derajatnya dibawah kita mendapat anugerah kemulian atau apa saja sehingga kita wara-wiri berusaha untuk mencabut anugerah tersebut dengan kesombongan dan kedengkian yang hinggap di dada kita.
Kesombongan Terhadap Sesama Manusia
Bentuk kesombongan terhadap sesama manusia banyak sekali macam ragamnya. Seperti kesombongan penguasa terhadap rakyat, orang kaya terhadap orang miskin, orang kuat terhadap orang yang lemah, keturunan orang berada dan berpangkat terhadap
masyarakat umum dan masih banyak lagi yang lainnya. Begitu pula sebaliknya. Bisa saja orang miskin sombong terhadap orang kaya, orang yang ilmu pengetahuannya sedikit menyombongkan diri terhadap yang pengetahuannya banyak. Terhadap tipe orang semacam ini, kebencian Alloh sangat besar sekali. Jangankan miskin, orang kaya yang sombong saja dibenci Alloh.
Rosululloh Saw bersabda:
ثلاثة لاتكلمهم الله يوم القيامة ولا يزكيهم ولا
ولا يَنظُرُ اليُّهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ : شَيْحٌ رَانِ, وَمَالِكَ كَذَّابٌ ، وَعَائِلٌ مُسْتَكْبِرُ
Artinya: “Ada tiga orang yang besok
pada hari kiamat tidak akan diajak bicara oleh Alloh, tidak disucikan, dan tidak dilihat (karena Dia sangat tidak suka), dan kelak akan mendapatkan adzab yang pedih, yaitu: Orang tua yang suka berzina, penguasa yang suka berdusta dan orang miskin yang sombong.”
Menghindarkan Diri Dari Sifat Sombong Syekh Abdulloh Mubarok bin Nur Muhammad ra. (Abah Sepuh), pendiri Pondok Pesantren Suryalaya, dalam Tanbih (wasiat bagi murid-murid nya) telah menyekat sifat sombong agar jangan sampai menulari ummat Islam, khusus nya bagi semua murid-muridnya.
Tanbih yang sumber utamanya berasal dari al Qur’an dan sunnah Rosululloh Saw, diantaranya meng- ajarkan bagaimana manusia bersikap tawadhu’. Dalam untaian wasiat yang begitu dalam sekali maknanya, disebutkan bagaimana, sikap terhadap yang lebih tinggi derajatnya, terhadap sesama, terhadap yang lebih rendah dan terhadap fakir miskin. Tanbih mengajarkan kesederajatan manusia secara universal bahwa semuanya berasal dari keturunan yang sama, yaitu Nabi Adam as. Yang membeda- kan tinggi rendahnya derajat sese- orang hanyalah ketaqwaannya (iman dan amal sholeh).
Bagi ikhwan pengamal dzikir, sudah saatnya kita bersegera mengikis habis sifat-sifat sombong yang mungkin telah mendarah daging dalam hati kita. Sudah saatnya kita harus merasa bahwa diri kita tidak lebih baik dari orang lain. Bahkan yang terbaik adalah menganggap orang lain seluruhnya lebih baik dari kita.
Seorang murid yang baik, ialah yang belajar bermujahadah untuk mengikis habis sifat-sifat kesombongan dalam dirinya.
Seorang yang sedang belajar dzikir tetapi tetap memelihara sifat-sifat kesombongan dalam dirinya, dipastikan ia terhempas dari sisi syekh mursyid. Lepas dari syekh mursyid berarti lepas dari Hadrot Alloh.
Dikatakan bahwa Qolbul ‘arif hadtrotulloh wa howaasuhuu abwaabuhaa. Faman taqorroba ilaihi bi qurbil mulaa-im futihat lahuu abwaabul hadiroh. Hatinya orang’arif adalah hadiroh-Nya Alloh. Dan panca inderanya sebagai pintu-pintu hadiroh. Maka barangsiapa yang mau mendekat kepada beliau dengan aturan-aturan yang sesuai dengan kedudukan beliau, baik soal adabnya maupun menepati prosedurnya, maka terbukalah bagi dia pintu-pintu hadlroh (kesadaran kepada Alloh). Tetapi bila tidak menepati aturan, maka tidak akan dibukakan.
Salah satu sunah Pangersa Abah adalah memuliakan siapapun juga, jika kita ingin dibukakan pintu hadiroh oleh beliau maka bersikaplah tawadlu. Jika kita tetap mempertahankan kerasnya hati kita dengan memelihara penyakit sombong, bersiap-siaplah untuk berpisah dengannya. Naudzubillahimin dzalik.
Camkan, iblis saja bisa terhempas hanya dengan satu kesombongan, apalagi kita yang setiap hari banyak terjebak dalam kesombongan. Semoga kita menjadi pribadi yang tawadlu’ dengan terus melanggengkan dzikir yang telah diberikan oleh syekh mursyid kepada kita. Itulah penangkal yang mampu melepaskan hati kita dari penyakit- penyakit hati, diantaranya sombong. Amiin