Manqobah

Oleh: Syekh Muhammad Abdul Gaos Saefulloh Maslul

Artinya adalah Alfilul Karim, pekerjaan yang baik, atau dalam kata lain bermakna almahmadah (perangai pekerti yang terpuji). Manakiburrojulli berarti pekerti atau perangai atau perbuatan yang terpuji seorang laki-laki. Manaqibus-Syeikh ‘Abdul Qodir Al-Jailani artinya perangai, pekerti, atau perbuatan baik Syekh Abdul Qadir al-Jaelani.

Di dalam al-Qur’an banyak diungkap perilaku-perilaku para leluhur, selain Nabi muhammad Saw. Karena Nabi Muhammad diutus setelah diutusnya 312 Rasul artinya Rasul terakhir. Oleh karena itu Alloh sendiri yang mengungkap semua cerita tentang yang terdahulu. Ungkapan cerita yang terdahulu itu namanya MANAQIB atau QISSHOH. Di dalam Al-Qur’an terdapat satu surat yang namanya surat al- Qoshosh artinya, berbagai cerita terdahulu yang tidak dialami oleh kita. Kalau di dalam Surat Al-fatihah istilahnya SHIROTH yang artinya

perjalanan. Jadi yang dimaksud dengan manaqib adalah menelusuri perjalanan para leluhur yang tidak

kita alami sekarang, untuk dijadikan suri tauladan bagi seluruh generasi penerus, agar mengetahui pola perjalanan masa depan. Dr. Muhammad Hatta salah seorang proklamator negara tercinta Indonesia memberikan judul buku hasil karyanya dengan: “MEMBACA SEJARAH YANG TELAH LAMPAU UNTUK MEMBANGUN DI MASA MENDATANG”.

DASAR AKURAT ADA MANAQIB SELAIN RASULULLOH SAW 1. Firman Alloh surat al-Fatihah: 7.

اهدنا الصراط المستقيما . صراط

الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ

ينَ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ

Artinya: Berilah kami petunjuk Ya Alloh, kejalan yang lurus. Yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau beri mkmat kepada mereka bukan (jalan) mereka yang dimurkai (Yahudi) dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat (Nasrani).

2. Firman Alloh surat An-Nissa: 69.

وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَئِكَ منْ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ الين حو الصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيقًا

Artinya: Dan barang siapa mentaati Alloh dan Rasulnya, mereka itu akan bersama-sama dengan orang- orang yang dianugerahi nikmat oleh Alloh yaitu Nabi-Nabi, para Shidiqqin dan orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Dan mereka itu adalah teman yang sebaik-baiknya.

3. Firman Alloh surat Yusuf: 3.

نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ أَحْسَنَ الْقَصَصِ بِمَا أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ هَذَا الْقُرْءَانَ وَإِنْ كُنْتَ مِنْ قَبْلِهِ لَمِنَ الْغَافِلِينَ

Artinya: Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al-Qur’an ini kepadamu dan sesungguhnya kamu sebelum Kami mewahyukannya adalah termasuk orang-orang yang belum mengetahui.

4. Firman Alloh surat Yusuf: 5. Sejak dahulu sudah Alloh lahirkan ke bumi ini kelompok orang-orang

yang tidak suka mendengar cerita yang baik karena iri dengki kepada orang-orang yang menceritakannya. Maka Alloh Swt melarang menceritakan cerita tersebut di hadapan orang-orang yang tidak suka. Alasannya, karena Alloh Swt Maha Pengasih dan Maha Penyayang semua makhluknya. Sehingga apabila cerita baik itu didengar mereka, lalu mereka tidak senang apalagi sampai membohongkan, itu adalah malapetaka kepada mereka. Oleh karena itu Bapak Nabi Yusuf melarang menceritakan berita baik tersebut kepada orang lain, walaupun mereka itu saudaranya sendiri. Sebagaimana Firman-Nya:

قَالَ يَا بُنَيَّ لَا تَقْصُصْ رُؤْيَاكَ عَلَى إِخْوَتِكَ فَيَكِيدُوا لَكَ كَيْدًا إِنَّ الشَّيْطَانَ الْإِنْسَانِ عَدُوٌّ مُبِينٌ

Artinya: Ayahnya berkata, Hai anakku janganlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudara- saudaramu, Akibatnya nanti mereka berbuat makar untuk mambinasakanmu sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagi manusia.

5. Firman Alloh surat Al-A’rof:176.

فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ

يَتَفَكَّرُونَ

Artinya: Maka ceritakanlah kepada mereka kisah-kisah itu agar mereka berfikir.

6. Firman Alloh surat Yusuf: 111.

لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِأُولِي الْأَلْبَابِ مَا كَانَ حَدِيثًا يُفْتَرَى ولكن تصدِيقَ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيلَ كلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ

Artinya: Sesungguhnya pada kisah- kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al-Qur’an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat akan tetapi membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.

Di dalam ayat tersebut tersirat pentingnya membaca sejarah, kisah atau manaqib orang-orang yang telah lampau agar dapat mengambil pelajaran sebagai uswah hasanah atau sebagai teladan yang baik pula. Di dalam keterangan lain

Rasululloh Saw menghimbau agar umat mau membaca serta meneladani mengikuti perjalanan orang-orang terdahulu. Itu dijelaskan oleh Rasululloh Saw, sebagai ibadah apabila dibacakan riwayat para Nabi dan sebagai kifarat dosa apabila dibacakan riwayat orang-orang soleh.

Sebagaimana sabdanya :

ذكر الأَنْبِيَاء عِبَادَةً وَذِكْرُ الصَّالِحِينَ كفَارَةٌ مِنَ الذُّنُوْبِ وَذِكْرُ الْمَوْتِ صَدَقَةٌ وَذِكْرُ الْقَبْرِ يُقَرِّبُكُمْ إِلى الجَنَّة

Artinya: Mengingat para Nabi adalah ibadah dan mengingat orang- orang soleh adalah kifarat dosa dan mengingat akan kematian adalah sodagh dan menesingat adanya kuburan, mendekatkan kamu sekalian ke sorga. (HR. Ad Dailamy dari Mu’adz).

Hadits yang hanya satu ini memberi peluang kepoada siapa saja yang ingin mendekatkan dirinya melalui orang-orang yang telah punya nama dalam kebajikan, terkemuka dalam kebajikan, sebagai uswah hasanah yang datangnya bukan dari Rasululloh Saw secara langsung tetapi melalui umatnya yang terdahulu dan yang sekarang dan untuk masa mendatang. Karena uswah hasanah itu tidak dari Rasululloh Saw saja, tapi dari umat- umat terdahulu pun diabadikan oleh Alloh Swt di dalam Al-Qur’an.

Contoh yang baik itu tidak hanya Nabi Muhammad Saw, tapi banyak yang Alloh tonjolkan di dalam al- Qur’an, yang lain dari Nabi Muhammad Saw. Seperti: 1. Firman Alloh surat al- Mumtahanah: 4.

قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي

إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ

Artinya: Yakin telah ada bagi kamu sekalian, contoh yang baik pada Nabi Ibrahim dan orang-orang yang bersamanya…

2. Firman Alloh surat Al- Mumtahanah:6.

رَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيهِمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ

لمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَمَنْ

يتَوَلَّ فَإِنَّ اللَّهَ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ

Artinya: Yakin telah ada bagi kam,u sekalian, pada diri mereka itu contoh yang baik, yaitu bagi orang- orang mengharapkan Alloh serta kebahagiaan di hari akhir.

Uraian lengkap dari ayat tadi boleh dilihat di dalam al-Qur’an. Ada surat al-Baqoroh tentang seekor sapi yang diciptakan oleh Alloh hanya satu- satunya di kolong langit, hanya untuk mengungkap pembunuhan yang tidak dapat diungkap dengan cara yang biasa dilakukan oleh para ahlinya sapi tersebut milik seorang anak soleh yang sangat baik kepada ibunya. Sudah barang tentu sejarah ini adalah petunjuk bagi para generasi muda umat Muhammad Saw pada masa sekarang dan masa mendatang.

Dua ayat itu adalah bukti kebenaran al-Qur’an serta fungsi diutus Rasululloh Saw yang membawa kebenaran serta meyakinkan umatnya akan kebenaran itu dan membenarkan pula pada semua kitab suci yang diturunkan kepada para Nabi sebelum Nabi Muhammad Saw.

Dengan surat al-fatihah saja, orang berfikirnya didampingi dengan selalu berdzikir, akan merasa cukup dan merasa akurat, untuk bertekad berkata dan berkarya nyata untuk kesejahteraan di dunia dan akhirat melalui berpola kepada siapa aja yang telah Alloh karuniakan kepada mereka nikmat dzikir. Karena semua nikmat ada batasnya. Hanya nikmat dzikirlah yang tiada batas dan Alloh Swt tidak akan menurunkan nikmat senikmat dzikir kepada Alloh.

Bagaimana Nabi kita menegaskan tentang nimat dzikir yang diterima dari Alloh yang dirasakan oleh beliau, sehingga beliau bersabda:

ا الذِّكْرُ نَعْمَةً فَادُّوا شَكْرَهَا

Artinya: Dzikir itu nikmat, maka laksanakanlah bukti syukur akan nikmat tersebut. (HR. Ad-Dailamy dari Nabith bin Syarith. H)

Untuk membuktikan syukur terhadap dzikir yang telah dirasakan oleh siapa saja yang telah menerima dari gurunya (Mursyidnya) maka mereka sendiri memiliki rasa cinta

kepada gurunya itu lebih mencintai daripada gurunya sendiri, ibu dan bapak kandungnya, anak dan hartanya. Sehingga mereka tidak berperhitungan untung dan rugi yuntuk menyatakan cinta kepada gurunya, karena gurunya itu adalah pengganti Rasulnya, penerus Rasulnya. Alloh Swt menurunkan kenimatan dzikir kepada murid melalui gurunya. Seperti halnya umat Nabi Muhammad Saw, dianggap tidak sempurna imannya apabila tidak melaksanakan sabdanya yang seperti dibawah ini:

لب لا يُؤْمِنْ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ نَفْسِهِ وَوَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ اجمعين

Artinya: Tidak sempurna iman salah satu diantara kamu, sehingga aku lebih dia cintai dari pada cinta kepada dirinya sendiri, bapaknya, dan anaknya serta manusia semua. (HR. Ahmad, Bukhari muslim, Atturmudzi, AnNasai dan ibnu Majjah dari Annas).

Malah ada terjadi pada zaman As- Syeikh Abdul Qodir, seorang yang bukarı muslim, agamanya hindu, tapi dia setiap tahun mengadakan kenduri besar-besaran, katanya untuk menyatakan cinta kepada Syeikh Abdul Qodir. Ketika dia mati, ada keanehan. Yaitu, dibakar tidak hangus, dihanyutkan tidak hanyut,

dilempar ke laut pun tidak tenggelam. Diantara sekian bany banyak orang yang mengetahui tentang kejadian itu Alloh Swt membukakan pintu-Nya antara makhluk dan kholiq yang disebut ilham atau hatif atau tilpon dari yang maha kuasa Yang Maha Mengetahui, bahwa orang tersebut harus dipelihara seperti memelihara mayat orang islam karena dia itu adalah seorang murid Syeikh Abul Qodir,

malah namanya pun “Sa’dulloh”. Kejadian itu tidak mustahil, karena Alloh memberikan khusnul khotimah kepadanya. Karena mencintai orang yang sangat mencintai Alloh dan Rasulnya.

Kejadian itu sama halnya dengan kejadian seekor anjing pemuda Ahabul kahfi yang ditidurkan selama 309 tahun, dengan khidmat, anjing tersebut menunggu sang majikannya yang dibulak balik kekanan dan kekiri. Dia nongkrongin pemuda-pemuda yang diberi petujuk dari kesesatan masyarakat pada waktu itu.

Oleh karena itu, kita semua jangan sekali-kali melecehkan orang soleh. Karena dunia ini adalah warisan mereka dari Alloh Maha Penciptanya. Malah Solatpun tidak sah apabila tidak menyebut orang-orang yang soleh.

Apabila manaqib yang dibaca itu adalah manaqib manusia besar yang diterima kebesarannya oleh orang Islam dan yang bukan orang islam karena beliau adalah pertanggungan jawab Alloh di muka bumi.

Check Also

Hatiku Adalah Cermin Diriku

Oleh: Syekh Muhammad Abdul Gaos S. M. (Sesepuh Pondok Pesantren Sirnarasa Gisirri) Ibadah, apa pun …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *