Kembali Ke Fitrah Tauhid

Dirangkai oleh: Ayi Abdul Jabar (Staf Pengajar Pesantren Sirnarasa Cisirri)

Aqidah dalam syari’at Islam adalah salah satu pilar yang sangat penting untuk dipahami oleh setiap muslim karena merupakan salah satu Rukun Agama, yaitu Iman, Islam, dan Ihsan. Ilmu yang membahas aqidah ini adalah Ilmu Tauhid yang menguraikan tentang sifat-sifat Alloh yang wajib, mustahil, dan wenang (jaiz). Ilmu ini membahas tentang bagaimana meng-esakan Alloh dan membulatkan kepercayaan kepada- Nya yang terurai dalam rukun iman yang enam. Mengapa persoalan aqidah ini penting untuk kita pelajari dan kita paharni? Karena kepercayaan, pemahaman, dan keimanan yang tebal dapat mengantar kita ke jalan keselamatan dunia dan akhirat.

Kriteria keimanan dalam Al Qur’an meliputi iman kepada Alloh, iman kepada malaikat Alloh, Iman kepada kitab Alloh, iman kepada Rosul Alloh, iman kepada Hari Akhir dan iman kepada Qodar dan Qodlo. Orang yang tidak percaya atas keesaan Alloh berarti musyrik karena mereka percaya kepada segala sesuatu yang diagungkan selain Alloh. Seperti menyembah berhala, kayu-kayu, pohon- pohon atau kuburan.

Rosululloh Saw bahkan berwasiat, “Alla tusyrikuu bihii syaian”. “Janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia”. Alloh SWT melarang perbuatan syirik, baik syirik akbar (besar) maupun syirik asghor (kecil).

Syirik akbar adalah menganggap sesuatu sebagai tuhan selain Alloh SWT. Lalu ia sembah dan puja-puja, misalnya: pada batu besar, air, binatang, kayu, matahari, bulan, bintang, raja, dan sebagainya. Sebagai contoh, di sepanjang pesisir pantai selatan, misalnya di pantai Pangandaran, terdapat upacara perayaan laut. Upacara seperti ini dimaksudkan agar nelayan bisa memperoleh ikan sebanyak-banyaknya. Cara yang mereka lakukan adalah dengan memberikan sesaji yang bermacam-macam bentuknya. Ada yang berupa makanan atau dengan menyembelih kerbau atau sapi yang kemudian kepalanya dibuang ke laut untuk Nyai Roro Kidul.

Bentuk-bentuk kemusyrikan juga terlihat semarak di berbagai media massa. Paranormal dengan menawarkan berbagai keahliannya menyatakan sanggup untuk mengobati macam- macam problema kehidupan seperti: sakit, miskin, bencana, dan lain sebagainya. Hal ini tentunya telah mendahului ketetapan Alloh SWT. Yang lebih parah lagi adalah mereka menganggap bahwa sumber penyembuh dan penghilang bencana itu adalah paranormal sedangkan Alloh sama sekali tidak dibawa-bawa dalam hal ini.

Orang-orang yang melakukan perbuatan semacam ini tidak akan mendapat ampunan dari Alloh selama ia tidak bertobat. “Sesungguhnya Alloh tidak mengampuni orang-orang yang menyekutukan-Nya dan Alloh mengampuni dosa selain itu bagi orang- orang yang dikehendaki-Nya.” (Q.S. An Nisa: 48)

Dalam firman-Nya yang lain, syirik merupakan kedzaliman yang sangat besar, “Sesungguhnya syirik itu adalah satu kedzaliman yang sangat besar”. (Q.S. Luqman: 13). Balasan yang akan diterima oleh siapa saja yang menyekutukan Alloh maka diharamkan masuk surga baginya dan menetapkan sebagai penghuni neraka, “Sesungguhnya orang yang menyekutukan Alloh, maka pasti Alloh mengharamkan surga baginya dan sa ditempatkan di dalam neraka….” (Q.S. Al Maidah: 72)

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh sahabat Uhadah hin Ash-Shamit, Rosululloh Saw bersabda, “Barangsiapa yang bersaksi tidak ada Tukan selain Alloh (wahdahu laa syariikalahu), Mukhammad seorang hamba-Nya dan utusan-Nya, Isa hamba- Nya dan utusan-Nya (bukan tuhan dan anak tuhan), serta kalimah yang la lemparkan kepada Maryam dan ruh dari Nya. Ia meyakini bahwa surga dan neraka itu haq (benar adanya). Maka Alloh akan memastikan orang itu ke surga sesuai dengan kadar amalnya”. (H.R. Bukhori dan Muslim) Adapun syirik anghor ialah riya (pamrih), yaitu seseorang yang ingin mendapat pujian dari orang lain dalam beramal. Sebagaimana sabda Rosululloh Saw, “Jauhilah olehmu syirik kecil”. Para sahabat bertanya, “Ya Rosululoh, apakah yang dimaksud dengan syirik kecil itu?” Beliau menjawab, “Yaitu riya”. Alloh berfirman pada hari pembalasan, “Pergilah kamu kepada orang-orang yang memuji amalmu di waktu kamu masih berada di dunia dahulu, dan lihatlah, apakah kamu memperoleh pahala dari mereka?” (H.R. Ahmad, Al Baihaqi dan Ath Thabrani) Dalam keterangan lain, Alloh berlepas diri dari amal yang dilakukan dengan riya’. Alloh berfirman. “Barangsiapa berbuat suatu perbuatan yang menyekutukan Aku dengan yang lain maka amalannya itu akan kembali kepada yang disekutukan itu. Dan Aku cuct tangan dari padanya”, (Hadits Qudsi Riwayat Muslim dan Ibnu Majah). Hendaklah orang yang ingin berjumpa dengan Robb-Nya mengikhlaskan amalnya karena Alloh dan mengharapkan pahala dari-Nya, “Barangsiapa yang ingin bertemu dengan Alloh hendaklah ia beramal saleh dan tidak menyekutukan sesuatu dengan Dia sedikit pun”. (Q.S. Al Kahfi :110)

Demikian keterangan dari Alloh dan Rosul-Nya mengenai syirik ashghor (kecil). Hendaklah kita waspada dari amal yang disertai riya karena disamping memperoleh murka-Nya, Alloh akan berlepas diri atas perilaku riya tersebut.

Yang sangat berbahaya bagi kita adalah syirik khofi (yang tersembunyi). Tentang syirik ini Rosululloh menuturkan dengan perumpamaan, Syirik khofi pada ummat ini lebih tersembunyi dari semut hitam yang berada di atas batu hitam pada kegelapan malam. Begitu tersembunyi dan tidak terasa perbuatan itu sehingga orang tidak merasa berbuat musyrik.

Marilah kita simak sabda Rosululloh Saw berikut ini dari Thoriq bin Syihab ra bahwa Rosululloh Saw mengatakan. “Seorang masuk surga karena hanya seekor lalat dan demikian pula seorang masuk neraka karena hanya seekor lalat”. Mereka (para sahabat) bertanya, “Bagaimana hal itu bisa terjadi ya Rosululloh? Kata beliau, “Ada dua orang yang lewat satu kaum, mereka memiliki berhala yang tidak bisa seorang pun lewat kalau tidak berkurban demi patung itu. Mereka (kaum) berkata kepada yang akan lewat tersebut, “Bolch engkau lewat tapi berkurbanlah!” Kata orang itu, “Aku tidak mempunyai sesuatu apa pun”. Kata mereka, “Kurbanlah walaupun hanya dengan seekor lalat!” Lantas orang itu melaksanakan permintaan mereka dan mereka pun melapangkan jalannya. Rosululloh Saw menjelaskan, “Orang ini masuk neraka”. Lalu mereka (kaum) itu berkata pula kepada orang yang satu lagi, “Berkurbanlah!”. Katanya, “Aku tidak akan berkurban untuk siapa pun selain Alloh ‘Azza wa jalla”, kemudian mereka memenggalnya. Rosululloh Saw menerangkan, “Orang ini masuk surga”. (H.R. Ahmad) Contoh lain syirik khofi ini tersirat dalam pembicaraan berikut. “Terima kasih ya… telah meminjami saya uang. Untung ada kamu, kalau tidak, mungkin nyawa touku tidak tertolong lagi”.

Demikian salah satu contoh perbuatan syirkul thofi yang sangat halus. Oleh karena itu dalam setiap langkah kita harus berhati-hati jangan sampai terjebak ke dalam lembah kemusyrikan. Tanpa disadari, kita telah melakukan kesalahan yang sangat besar: pertama, syirik karena telah menyekutukan Alloh dengan makhluk- Nya; kedua, murtad. Baik murtad ucapan, murtad tigad (niat), maupun murtad pekerjaan.

Sebagai kaffarah (penghapus) dari perbuatan syirik khofi ini, Rosululloh Saw senantiasa berdoa, “Ya Alloh aku berlindung kepada-Mu dari perbuatan syirik dan aku mengetahui (bahwa perbuatan itu syirik). Juga aku memohon ampunan-Mu dari dosa yang tidak aku ketahui”. (Majmu’atut Tauhid: 77) Agar kita terlepas dari ancaman-Nya dan memperoleh karunia-Nya serta ibadah kita hanya semata-mata diniatkan karena Alloh, maka setiap saat kita senantiasa membuat pernyataan, “Naaahii Anta Maqshuudii wa Ridhooka Mathluubi ‘Athiinii Mahabataka wa Ma’rifataka” “Ya Tuhanku! Hanya Engkaulah yang kumaksud dan keridhoan-Mu lah yang kucari. Berilah aku kemampuan untuk bisa mencintai- Mu dan ma’rifat kepada-Mu”. Pernyataan ini berintikan bahwa hanya Alloh semata yang dituju dan menyingkirkan hal-hal lainnya.

Dalam doa iftitah, kita senantiasa berikrar, “Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah karena Alloh. Tuhan Pengurus sekalian alam”. Pernyataan tersebut merupakan wujud keikhlasan hati kita untuk menjadikan Alloh sebagai tujuan segala- galanya.

Untuk melanggengkan keikhlasan tersebut, Alhamdulillah kita sudah memiliki alat yang telah ditanamkan oleh mursyid dalam relung hati sanubari dan yang senantiasa dibaca 165 kali setiap selesai sholat yaitu kalimat, “Laa Ilaha Illalloh”. Tinggal istiqomah saja untuk mengamalkannya.

Sebagai kesimpulan dari Aqidah Islam, yang perlu dipahami adalah:

1. Tidak ada Tuhan yang patut diibadahi kecuali Alloh.

2. Alloh berhak memiliki segala kesempurnaan dan bersih dari segala kekurangan.

3. Manusia akan selamat kalau sesuai dengan tuntunan Alloh dan rosul- Nya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *