Syekh Muhammad Abdul Gaos Saefulloh Maslul atau yang kerap disapa Abah Aos merupakan ulama kelahiran Panjalu, Kabupaten Ciamis. Beliau lahir pada hari Jum’at tanggal 1 September 1944 merupakan anak pertama dari pasangan KH. Ibrahim (Mama Ibrahim –pen) dan Hj. Siti Muslihat.
Pada usia 13 tahun beliau dikirim untuk belajar di pesantren Gegempalan yang pada saat itu di pimpin oleh KH. Iskandar Zainal Arifin. Dengan kegigihan beliau dalam belajar membuatnya dapat dengan cepat menguasai berbagai macam cabang ilmu agama.
Tak jarang beliau melewati santri senior karena kecepatan kemampuannya dalam menangkap curahan ilmu yang diberikan.
Hanya dalam waktu 8 tahun karakter keulamaan Abah Aos sudah terbentuk yang membuat KH. Iskandar Zainal Arifin mengirim Abah Aos muda untuk melanjutkan pendidikan pesantrennya ke Pesantren Cintawana – Tasikmalaya asuhan KH. Isak Farid yang terkenal akan keluasan ilmunya.
Selepas pulang pesantren, secara bersamaan Beliau mempersunting Hj. Rosliani Hasnah dan juga mendirikan Pesantren pada usia yang tergolong muda yakni 24 tahun yang diberi nama Pesantren Al-Ishlah yang berubah nama menjadi Pesantren Sirnarasa.
[ Pertemuan Abah Aos Dengan Guru Agung ]Pada suatu saat di dapur pondok pesantren Suryalaya ibunda Abah Aos, Hj. Siti Muslihat sedang membuat sambal. Disaat itu Ibunda beliau didatangi oleh Abah Anom dan terjadi percakapan sebagi berikut:
Abah Anom: “Lagi bikin apa ‘Bi?”
Hj. Siti Muslihat: “Lagi nyambel Pangersa”
Abah Anom: “Katanya punya anak laki-laki?”
Hj. Siti Muslihat: “Iya kedua-duanya, yang pertama baru diantar ke pesantren.”
Abah Anom: “Siapa Namanya?
Hj. Siti Muslihat: “Abdul Gaos”
Abah Anom: “Coba ceritakan”
Hj. Siti Muslihat: “Sebelum mengandung anak itu saya bermimpi ada bulan masuk semua lewat jendela, setelah itu cahaya bulan hilang dan muncul Uyut didampingi Uwak (Syekh Muhammad Kahfi dan Kiai Syarifudin) dan berkata ‘Neng, Mama datang mau memberitahu Neng mau punya anak laki-laki, namanya Abdul Gaos, syukur kalau dipesantrenkan kalau tidak pun dia akan menjadi pewaris Ilmu Laduni.’”
Abah Anom: “Terus?”
Hj. Siti Muslihat: “Alhamdulillah saya hamil, dan setelah 42x Qodiran (Manaqiban) anak itu lahir, hari Jum’at jam 3 sore 5 menit (15:05 WIB), menjelang Ashar. Alhamdulillah tidak nifas, jadi habis wiladah langsung sholat.”
Abah Anom: “Terus?”
Hj. Siti Muslihat: “Kemarin saya mengantar dia ke Pesantren Gegempalan Maparah Panjalu”
Abah Anom: Naaah … yang itu untuk Abah, Abah perlu, anak Abah tidak akan ada yang jadi Kiai.”
Sebuah percakapan penuh makna yang kelak nanti Abah Aos menjadi sang penerus dalam menjalankan ajaran TQN PPS Sirnarasa sebagai Mursyid ke-38.
Awal pertemuan Beliau dengan Guru Agung Abah Anom terjadi pada bulan Maret tahun 1968 dan menjadi hari pertama beliau menjadi Murid Abah Anom. Di hari yang sama pada saat ingin pamit pulang. Beliau bertekuk lutut di hadapan Guru Agung Abah Anom. Dan tangan kiri Abah Anom menepuk pundak Abah Aos dan bersabda mengutip surat Al-Baqoroh Ayat 247 :
“Sesungguhnya Allah Telah Mengangkat Tholut menjadi Rajamu”.(Q.S Al-Baqoroh, 247).
[ TQN PPS Sirnarasa Menyongsong Peradaban Dunia ]Tarekat Qodiriyyah Naqsyabandiyyah merupakan salah satu dari sekian Tarekat Mu’tabaroh yang terdaftar kedalam JATMAN (Jam’iyyah Ahli Thoriqoh Mu’tabaroh An-Nadhliyyah).
Dengan gabungan dari 2 Tarekat besar yakni Qodiriyyah dan Naqsyabandiyyah. Tarekat Qodiriyyah merupakan ajaran Tarekat yang bersumber kepada Syekh Abdul Qodir Jaelani yang mempunyai gelar Shulthon Auliya (Rajanya para Wali) dengan ciri yang melekat Dzikir Jahar (suara keras).
Dan Tarekat Naqsyabandiyyah yang dinisbatkan kepada Syekh Bahauddin An-Naqsyabandi dengan ciri yang melekat adalah Dzikir Khofi (suara halus). Ke-2 Tarekat besar itu digabungkan oleh Ulama Besar asal Indonesia yaitu Syekh Ahmad Khotib Sambas yang mempunyai banyak murid, yang kelak menjadi ulama besar.
Sebagai contoh, Syekh Abdul Karim Al-Bantani (Melanjutkan TQN jalur banten), Syekh Kholil (Bukan Syekh Kholil Bangkalan. Melanjutkan TQN jalur madura), Syekh Tholhah Cirebon (melanjutkan TQN jalur Cirebon yang kemudian melanjut ke Abah Aos), dan Syekh Nawawi Al-Bantani (salah seorang dari Guru Hadratussyaikh Hasyim Asy’ary, Pendiri NU).
Memiliki banyak pengikut menunjukan ajaran yang beliau sampaikan dapat dengan mudah menyentuh berbagai golongan.
Dengan ajaran Tawasut dan Tasamuh yang terkandung di dalam Tanbih (Sebuah Wasiat dari guru agung Abah Sepuh) membuat ajaran ini dapat berkembang dengan pesat.
Mulai dari para petani sampai pejabat banyak yang telah menerima Haq Talqin Dzikir TQN PPS Sirnarasa. Nilai-nilai yang terkandung di dalam Tanbih diringkas oleh Abah Aos ke dalam 9 Pilar Peradaban Dunia.
☆ 9 Pilar Adab Hidup di Dunia ☆
Kepada yang lebih tinggi harus hormat
Dengan sesama jangan bertengkar
Kepada yang lebih rendah jangan menghina
Dengan fakir miskin harus kasih sayang
Tidak boleh benci kepada ulama yang sezaman
Jangan memeriksa ajaran orang lain
Tidak boleh memeriksa murid orang lain
Jangan berubah sikap meskipun kecewa
Mesti menyayangi orang yang membenci.
[ SILSILAH TQN PPS SIRNARASA ]Salah satu syarat sebuah Tarekat Mu’tabaroh atau tidak adalah dari Silsilahnya yang bersambung sampai ke Rasulullah atau tidak. Maka berikut Silsilah TQN PPS Sirnarasa:
Silsilah PPS Sirnarasa
Robbul arbaabi wamu’tiqur riqoobi Alloh subhanahu wa Ta’ala
Sayyidunaa Jibbriil ‘alaihis salaam
Sayyidunaa manba-ul ‘ilmi wal asroori wa makhzanul faidli wal anwaari wa maljaa-ul ummati wal abroori wamahbathu jibriila fil-laili wan nahaari wa habiibulloohis sattaaril ladzii unzila ‘alaihi afdlolul kutubi wal asfaari sayyidunaa Muhammadunil mukhtaari shollaoohu ‘alaihi wa ‘alaa aalihi wa ash-haabihil akhyaar
‘Aliy karomalloohu wajhah
Sayyiduna Husain rodliyalloohu ‘anhu
Zainal ‘Abidin rodliyalloohu ‘anhu
Sayyidunaa Muhammad Baaqir rodliyalloohu ‘anhu
Ja’far Shodhiq rodliyalloohu ‘anhu
Sayyidunaa Imam Musa al-Kaadhim rodliyalloohu ‘anhu
Syekh Abul Hasan ‘Ali bin Musa al-Ridho rodliyalloohu ‘anhu
Ma’ruuf al-Karkhi rodliyalloohu ‘anhu
Syekh Sirris Saqothi rodliyalloohu ‘anhu
Syekh Abul Qosim Junaidil Baghdadiy rodliyallohu ‘anhu
Abu Bakrin Dilfisy-Syibli rodliyalloohu ‘anhu
Abul Fadl-li ao ‘Abbdul Waahid at-Tamiimii rodliyalloohu ‘anhu
Syekh Abdul Faroj at
-Thurthuusi rodliyalloohu ‘anhu
Syekh Abul Hasan Alii bin Yuusuf al- Qirsyi al Hakaarii rodliyalloohu ‘anhu
Abuu Sa’iid al Mubarok bin Alii Makhzuumii rodliyalloohu ‘anhu
Syekh ‘Abdul Qoodir Al Jaelani Qoddasalloohu sirrohu
‘Abdul ‘Aziiz rodliyalloohu ‘anhu
Syekh Muhammad al-Hattaak rodliyalloohu ‘anhu
Syamsuddin rodliyalloohu ‘anhu
Syekh Syarofudiin rodliyalloohu ‘anhu
Nuuruddiin rodliyalloohu ‘anhu
Waliyuddiin rodliyalloohu ‘anhu
Syekh Hisaamuddiin rodliyalloohu ‘anhu
Syekh Yahya rodliyalloohu ‘anhu
Abuu Bakar rodliyalloohu ‘anhu
Abdurrohiim rodliyalloohu ‘anhu
Syekh ‘Ustman rodliyalloohu ‘anhu
Syekh ‘Abdul Fattah rodliyalloohu ‘anhu
Muhammad Murood rodliyalloohu ‘anhu
Syamsuddiin rodliyalloohu ‘anhu
Syekh Ahmad Khootib Syambaasi rodliyalloohu ‘anhu
Tholhah rodliyalloohu ‘anhu
Abdulloh Mubarok bin Nur Muhammad rodliyalloohu ‘anhu
Syekh Ahmad Shohibulwafa Tajul ‘Arifin rodliyalloohu ‘anhu
Syekh Muhammad Abdul Gaos Saefulloh Maslul Al Qodiri An Naqsabandi Al Kamil Mukammil Al Muwaffaq Qoddasalloohu Sirrohu